This strategy gives you a chance to practice something that is probably completely unacceptable to you. However, if you give it a try, you might find that it's one of the most helpful exercises in self-improvement.
As the title suggests, the idea is to imagine that everyone you know and everyone you meet is perfectly elightened. That is, everyone except you! The people you meet are all here to teach you something. Perhaps the obnoxious driver or disrespectful teenager is here to teach you about patience, the punk rocker might be here to teach you to be less judgmental.
Your job is try to determine what the people in your life are trying to teach you. You'll find that if you do this, you'll be far less annoyed, bothered, and frustrated by the actions and imperfections of other people. You can actually get your self in the habit of approaching life in this manner and, if you do, you'll be glad you did. Often once you discover what someone is trying to teach you, it's easy to let go of your frustation. For example, suppose you're in the post office and the postal clerk appears to be intentionally moving slowly. Rather than feeling frustrated, ask yourself the question, "What is he trying to teach me?" Maybe you need to learn about compassion - how hard it would be to have a job that you don't like. Or perhaps you could learn a little more about being patient. Standing in line is an excellent opportunity to break your habit of feeling impatient.
You may be surprised at how fun and easy this is. All you're really doing is changing your perception from "Why are they doing this?" to "What are they trying to teach me?" Take a look around today at all the enlightened people.
- taken from "A don't sweat the small stuff treasury - a special selection for graduates" by Richard Carlson Ph.D. -
Monday, November 19, 2007
Book : Ayat-ayat Cinta? Udah ga jaman d..
"Sebagian orang berharap dapat menikah dengan laki-laki yang mereka cintai. Doaku sedikit berbeda: Aku dengan rendah hati memohon kepada Tuhan agar aku mencintai laki-laki yang aku nikahi"
What a wonderful words.. inspiring, dan siapa tahu bisa saja kita yang akan berada pada posisi tokoh utamanya?
Don't judge a book by it's cover sangat pas untuk menggambarkan nasib buku ini. Terbit dari tahun 2004 di Indonesia, dan kalah pamor dibandingkan Ayat-ayat Cinta just because the cover and the publisher. Yup, membuat buku ini sama sekali ga menarik untuk dibaca. Kusam, berwarna abu-abu dengan Font berwarna merah aneh untuk tulisan "Cinta yang Terlambat". Well, judulnya pun udah ga banget. Apalagi kalo liat publishernya adalah Pustaka Hidayah (apaan tu?). Kata-kata seperti : "Novel Pakistan paling Greget" tetap kurang kuat untuk membuat buku ini dilirik pada pandangan pertama. But, sekali lagi, don't judge begitu aja karena dapat dipastikan Anda akan mengalami penyesalan mendalam yang hampir sama dengan Ami ;) (untungnya, diriku dah membaca novel ini sejak awal 2006 lalu. hehehe, telat 1,5 taun lah..)
One thing for sure, jika Anda pecinta novel ayat-ayat cinta, Anda akan merasakan suatu hentakan kekagetan karena menemukan sebuah novel yang akan membuat ayat-ayat cinta dilupakan. Bisa dibilang, you can not compare kedua novel tentang cinta islami ini karena levelnya yang sangat jauh berbeda.
Cinta yang terlambat ditulis dengan gaya yang ringan dan mudah dibaca. Tidak berbelit, to the point dan penuh dengan humor. G nyangka kalo ini adalah novel terjemahan. Sejak awal, novel ini sudah mampu membawa pembacanya untuk terus merasa penasaran dan ingin mengikuti lembar demi lembar tanpa terlewat sedikitpun. Dan yang lebih mengherankan adalah kemampuan penulisnya (which is Dr Ikram Abidi) untuk tetap mempertahankan alur yang tidak bisa ditebak sampai hampir akhir! Belum lagi kekuatan pemahaman penulis terhadap Islam, konflik yang terjadi dan penyelesaian yang indah. my four thumbs up ga akan cukup untuk bilang: betapa brilliant nya penulis menceritakan "inilah konsep Islam terhadap Cinta".
Dibuka dengan alur flash back.. langsung dibuat bertanya-tanya ada apa dengan orang ini? bagaimana latar belakangnya? akhirnya secara ga sadar kita akan terus dibawa penulis menyusuri setiap pesona kata-kata. Konflik, ketegangan, sambil ga lupa membayangkan seberapa tampan dan cantiknya tokoh-tokoh dalam buku ini (well, pakistan gitu lho ;) ). Kekesalan, tangisan dan keharuan dipadu padankan dengan sisi kesabaran, ketenangan dan kerendahan hati. Subhanallah, begitu banyak hikmah yang bisa diambil dari sini.
Jadi, untuk pecinta cerita berkualitas (bukan hanya novel), buku ini sangat (kalo perlu diulang 100kali) worth untuk dibaca. Dan untuk pembaca ayat-ayat cinta, skarang udah bukan jamannya d.. ;D
What a wonderful words.. inspiring, dan siapa tahu bisa saja kita yang akan berada pada posisi tokoh utamanya?
Don't judge a book by it's cover sangat pas untuk menggambarkan nasib buku ini. Terbit dari tahun 2004 di Indonesia, dan kalah pamor dibandingkan Ayat-ayat Cinta just because the cover and the publisher. Yup, membuat buku ini sama sekali ga menarik untuk dibaca. Kusam, berwarna abu-abu dengan Font berwarna merah aneh untuk tulisan "Cinta yang Terlambat". Well, judulnya pun udah ga banget. Apalagi kalo liat publishernya adalah Pustaka Hidayah (apaan tu?). Kata-kata seperti : "Novel Pakistan paling Greget" tetap kurang kuat untuk membuat buku ini dilirik pada pandangan pertama. But, sekali lagi, don't judge begitu aja karena dapat dipastikan Anda akan mengalami penyesalan mendalam yang hampir sama dengan Ami ;) (untungnya, diriku dah membaca novel ini sejak awal 2006 lalu. hehehe, telat 1,5 taun lah..)
One thing for sure, jika Anda pecinta novel ayat-ayat cinta, Anda akan merasakan suatu hentakan kekagetan karena menemukan sebuah novel yang akan membuat ayat-ayat cinta dilupakan. Bisa dibilang, you can not compare kedua novel tentang cinta islami ini karena levelnya yang sangat jauh berbeda.
Cinta yang terlambat ditulis dengan gaya yang ringan dan mudah dibaca. Tidak berbelit, to the point dan penuh dengan humor. G nyangka kalo ini adalah novel terjemahan. Sejak awal, novel ini sudah mampu membawa pembacanya untuk terus merasa penasaran dan ingin mengikuti lembar demi lembar tanpa terlewat sedikitpun. Dan yang lebih mengherankan adalah kemampuan penulisnya (which is Dr Ikram Abidi) untuk tetap mempertahankan alur yang tidak bisa ditebak sampai hampir akhir! Belum lagi kekuatan pemahaman penulis terhadap Islam, konflik yang terjadi dan penyelesaian yang indah. my four thumbs up ga akan cukup untuk bilang: betapa brilliant nya penulis menceritakan "inilah konsep Islam terhadap Cinta".
Dibuka dengan alur flash back.. langsung dibuat bertanya-tanya ada apa dengan orang ini? bagaimana latar belakangnya? akhirnya secara ga sadar kita akan terus dibawa penulis menyusuri setiap pesona kata-kata. Konflik, ketegangan, sambil ga lupa membayangkan seberapa tampan dan cantiknya tokoh-tokoh dalam buku ini (well, pakistan gitu lho ;) ). Kekesalan, tangisan dan keharuan dipadu padankan dengan sisi kesabaran, ketenangan dan kerendahan hati. Subhanallah, begitu banyak hikmah yang bisa diambil dari sini.
Jadi, untuk pecinta cerita berkualitas (bukan hanya novel), buku ini sangat (kalo perlu diulang 100kali) worth untuk dibaca. Dan untuk pembaca ayat-ayat cinta, skarang udah bukan jamannya d.. ;D
Kepleset II
"De, haji yuu.."
"hayu aja, pake duit sapa?"
"duit Ma, hehe... "
"yey..."
obrolan singkat pengen naek haji. katanya c, berhubung banyak banget peminat haji, jadi jadwal haji dibatesin. Jadi, skarang ini, yang penting mah nabung aja dulu.
sambil ngeliat ade yang lagi sibuk nonton TV..
"De, besok ke BSM* yu.. buka tabungan haji"
"he?" masih sambil nonton TV. Diem, ngeliat bentar. "Hayu,hayu.. ke BSM**. Gw blom pernah kesana. Pengen coba naek roller coasternya".
"He???"
cat: BSM* = Bank Syariah Mandiri
BSM** = Bandung Super Mall
"hayu aja, pake duit sapa?"
"duit Ma, hehe... "
"yey..."
obrolan singkat pengen naek haji. katanya c, berhubung banyak banget peminat haji, jadi jadwal haji dibatesin. Jadi, skarang ini, yang penting mah nabung aja dulu.
sambil ngeliat ade yang lagi sibuk nonton TV..
"De, besok ke BSM* yu.. buka tabungan haji"
"he?" masih sambil nonton TV. Diem, ngeliat bentar. "Hayu,hayu.. ke BSM**. Gw blom pernah kesana. Pengen coba naek roller coasternya".
"He???"
cat: BSM* = Bank Syariah Mandiri
BSM** = Bandung Super Mall
Kepleset I
Dengan santainya berjalan memasuki kamar Ade sambil makan...
"Apa itu?" Kata ade...
"Den deng.." Jawab Ami...
"Beng Beng???"
"Den deng..."
"Oh, gw denger Beng Beng.."
Geleng-geleng kepala. Dalem hati pengen bilang :"ih, kuping dipasang dong.."
"Eh, Ko ga nyambung ya..?? Tadi kan gw nanya: "Ngapain lu??" " Kata Ade tiba-tiba...
"He?? gw pikir lo tadi nanya "Apa itu?""
"He???"...
--- dengan re-touch, re-write, re-edit dan re-published sekenanya dari blog ami di friendster---
"Apa itu?" Kata ade...
"Den deng.." Jawab Ami...
"Beng Beng???"
"Den deng..."
"Oh, gw denger Beng Beng.."
Geleng-geleng kepala. Dalem hati pengen bilang :"ih, kuping dipasang dong.."
"Eh, Ko ga nyambung ya..?? Tadi kan gw nanya: "Ngapain lu??" " Kata Ade tiba-tiba...
"He?? gw pikir lo tadi nanya "Apa itu?""
"He???"...
--- dengan re-touch, re-write, re-edit dan re-published sekenanya dari blog ami di friendster---
Mencari Jarum Jodoh di setumpuk Jerami Manusia...
Judul yang aneh. G tau knapa ko kepikiran itu ya? tadi lagi mikir, umur ami skarang brapa ya? he.. dah 25. trus dari kmaren di kampus n di kost-an lagi ngomongin nikah mlulu. Gara-gara nya ada temen sekelas yang merit ga bilang-bilang. Smua taunya dia jenguk tunangannya yang sakit. eh.. ternyata bukan cuma jenguk tapi skalian nikah. suksesnya lagi, smua baru tau skitar 2 bulan kmudian. hehehe, abis pada husnudzon dan percaya aja sama alesannya. Maklum, kumpulan orang bae kaya gini ni... (PD banget d..)
Kalo ngomongin jodoh, pasti banyak yang bilang kalo itu urusan yang diatas. Agree. G da yang tau siapa jodoh kita. Bisa aja emang orang yang disayangin bertaun-taun, tetangga sebelah rumah, temen sebangku, temen skolah, temen masa kecil, cuma ketemu dijalan, sampe... musuh bebuyutan.
But onething for sure, semakin tua kita, kayanya harusnya kita harus lebih bijak memandang masalah jodoh ini. Lebih dewasa dan lebih bisa melapangkan dada. Apalagi kalo udah dikejar-kejar. Ntah dikejar umur, dikejar nafsu/libido, dikejar psikologis pengen punya pasangan, ato cuma dikejar target sama ortu (asal jangan dikejar sama orang gara-gara MBA ye.. naudzubillah d )
It happen to me. Seiring dengan jalannya waktu, dan banyak dikejar-kejar (semua pada ngejar ko, bukan cuma umur) maybe I think I become wiser memandang masalah jodoh ini. Dulu, ada perasaan ga puas ketika hubungan yang diharapkan ke pernikahan gagal total. Well, for me memang kegagalan itu lebih dirasa pada kekonyolan dan tingkah laku kekanak-kanakan. Dan kayanya tu.. segala sesuatu harus sesuai dengan pikiran ami. Pokonya kudu jadi (egois banget yah..). Sampai semua dikorbanin, dan akhirnya bukannya titik temu yang ketemu, tapi titik burem. Kalo dipikir-pikir skarang its a stupid mistake c.. cuma gara-gara stupid reason lah.. hahaha, anak-anak banget.
Skarang? hm, mungkin faktor kejar-kejaran juga, jadinya ntah knapa hal-hal kecil dulu yang suka dibesar-besarkan dah ga jd sesuatu yang penting. Kalo jaman dulu mikir cocok lah, secinta apa lah, dia mau nerima kekurangan apa ga lah, dll lah.. kalo skarang mungkin udah ilang setengahnya. Mungkin rasa bersyukur ketika mendapatkan jodoh sudah menjadi bagian dari rasa bahagia yang dicari. Kalo jaman dulu mikirnya kudu jadi or knapa ga bisa jadi? skarang mikirnya, ga jadi pun ga papa ko.. yang penting adalah berusaha dan berikhtiar. Kalo jadi ya syukur, kalo ga jadi ya bukan jodoh. Kalo dulu kayanya berat banget mikir ntar gimana, berusaha merasionalkan segala sesuatu.. mikir rencana lah, apa lah, dll. Kalo skarang mikirnya lebih sederhana, apa yang ada di depan aja dulu selesain. Kalo mau nikah, ya bicarakan nikah, kalo ga ya sudah ga usah ada hal-hal menjurus kesana.
Jadi makin kesini pikiran ami malah cenderung lebih sederhana. G mau mikir rebed. Kalo udah mentok dan muter-muter, ami lebih milih untuk istikharah dan tahajud memohon petunjuk-Nya. Yah, daripada ngabis-ngabisin energi berputar-putar dengan pikiran yang ga jelas, padahal ga tau apa-apa, mending kita nanya sama yang Maha Tahu dong.. bener ga? jawabannya pun sudah bisa dijamin 100% kebenarannya. ga seperti pikiran kita yang gampang banget dibolak-balik dan sangat dipengaruhi hawa nafsu. bentar gini.. bentar gitu... bentar yakin.. bentar ga yakin.. kata orang gini.. kata orang gitu.. duh zape d. Mending tanya sama sumbernya yang paling tahu d.. Ya siapa lagi kalo bukan yang di atas?? :)
Walaupun ada trade off nya, which is pikiran ami sebagian justru malah jadi lebih strict, mungkin saat ini, inilah pilihan sikap ami. Ga mau dibawa rebed, jalani aja.. Apalagi yang dihadapi skarang adalah persoalan mencari jodoh yang kadang seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Ya , kadang emang kudu dibolak-balik.
ami ga ngerti c apa ini sikap yang bener apa ga.. toh, proses belajar pun terus bergulir. Termasuk proses memperbaiki yang lalu dan cara berpikir. Oh ya, emang kadang ami suka mikir, kalo ami dikasih kesempatan kedua untuk mencoba sesuatu yang dulu pernah ami coba, kayanya ami akan berpikir dengan prinsip yang jauh berbeda. Itu kalo ada kesempatan. Kalo ga ada? ya.. memang bukan jalannya? yang paling tau kan Allah. Jalani aja, cause life goes on, dan toh yang membuat kesempatan itu ada kadang asalnya dari diri sendiri :) Jadi, bismillah aja untuk urusan jodoh ini.. yang terpenting adalah berusaha sesuai dengan kaidah-Nya ;) Jadi, mari kita mencari jodoh???? ;))
Kalo ngomongin jodoh, pasti banyak yang bilang kalo itu urusan yang diatas. Agree. G da yang tau siapa jodoh kita. Bisa aja emang orang yang disayangin bertaun-taun, tetangga sebelah rumah, temen sebangku, temen skolah, temen masa kecil, cuma ketemu dijalan, sampe... musuh bebuyutan.
But onething for sure, semakin tua kita, kayanya harusnya kita harus lebih bijak memandang masalah jodoh ini. Lebih dewasa dan lebih bisa melapangkan dada. Apalagi kalo udah dikejar-kejar. Ntah dikejar umur, dikejar nafsu/libido, dikejar psikologis pengen punya pasangan, ato cuma dikejar target sama ortu (asal jangan dikejar sama orang gara-gara MBA ye.. naudzubillah d )
It happen to me. Seiring dengan jalannya waktu, dan banyak dikejar-kejar (semua pada ngejar ko, bukan cuma umur) maybe I think I become wiser memandang masalah jodoh ini. Dulu, ada perasaan ga puas ketika hubungan yang diharapkan ke pernikahan gagal total. Well, for me memang kegagalan itu lebih dirasa pada kekonyolan dan tingkah laku kekanak-kanakan. Dan kayanya tu.. segala sesuatu harus sesuai dengan pikiran ami. Pokonya kudu jadi (egois banget yah..). Sampai semua dikorbanin, dan akhirnya bukannya titik temu yang ketemu, tapi titik burem. Kalo dipikir-pikir skarang its a stupid mistake c.. cuma gara-gara stupid reason lah.. hahaha, anak-anak banget.
Skarang? hm, mungkin faktor kejar-kejaran juga, jadinya ntah knapa hal-hal kecil dulu yang suka dibesar-besarkan dah ga jd sesuatu yang penting. Kalo jaman dulu mikir cocok lah, secinta apa lah, dia mau nerima kekurangan apa ga lah, dll lah.. kalo skarang mungkin udah ilang setengahnya. Mungkin rasa bersyukur ketika mendapatkan jodoh sudah menjadi bagian dari rasa bahagia yang dicari. Kalo jaman dulu mikirnya kudu jadi or knapa ga bisa jadi? skarang mikirnya, ga jadi pun ga papa ko.. yang penting adalah berusaha dan berikhtiar. Kalo jadi ya syukur, kalo ga jadi ya bukan jodoh. Kalo dulu kayanya berat banget mikir ntar gimana, berusaha merasionalkan segala sesuatu.. mikir rencana lah, apa lah, dll. Kalo skarang mikirnya lebih sederhana, apa yang ada di depan aja dulu selesain. Kalo mau nikah, ya bicarakan nikah, kalo ga ya sudah ga usah ada hal-hal menjurus kesana.
Jadi makin kesini pikiran ami malah cenderung lebih sederhana. G mau mikir rebed. Kalo udah mentok dan muter-muter, ami lebih milih untuk istikharah dan tahajud memohon petunjuk-Nya. Yah, daripada ngabis-ngabisin energi berputar-putar dengan pikiran yang ga jelas, padahal ga tau apa-apa, mending kita nanya sama yang Maha Tahu dong.. bener ga? jawabannya pun sudah bisa dijamin 100% kebenarannya. ga seperti pikiran kita yang gampang banget dibolak-balik dan sangat dipengaruhi hawa nafsu. bentar gini.. bentar gitu... bentar yakin.. bentar ga yakin.. kata orang gini.. kata orang gitu.. duh zape d. Mending tanya sama sumbernya yang paling tahu d.. Ya siapa lagi kalo bukan yang di atas?? :)
Walaupun ada trade off nya, which is pikiran ami sebagian justru malah jadi lebih strict, mungkin saat ini, inilah pilihan sikap ami. Ga mau dibawa rebed, jalani aja.. Apalagi yang dihadapi skarang adalah persoalan mencari jodoh yang kadang seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Ya , kadang emang kudu dibolak-balik.
ami ga ngerti c apa ini sikap yang bener apa ga.. toh, proses belajar pun terus bergulir. Termasuk proses memperbaiki yang lalu dan cara berpikir. Oh ya, emang kadang ami suka mikir, kalo ami dikasih kesempatan kedua untuk mencoba sesuatu yang dulu pernah ami coba, kayanya ami akan berpikir dengan prinsip yang jauh berbeda. Itu kalo ada kesempatan. Kalo ga ada? ya.. memang bukan jalannya? yang paling tau kan Allah. Jalani aja, cause life goes on, dan toh yang membuat kesempatan itu ada kadang asalnya dari diri sendiri :) Jadi, bismillah aja untuk urusan jodoh ini.. yang terpenting adalah berusaha sesuai dengan kaidah-Nya ;) Jadi, mari kita mencari jodoh???? ;))
Subscribe to:
Posts (Atom)